Obituari Untuk Sahabat Ir. Akhmad Zainal Abidin, M.Sc., Ph.D. oleh Prof. Yazid Bindar.

Dengan penuh kesedihan dan rasa kehilangan yang amat mendalam, kami mengenang kepergian Ir. Akhmad Zainal Abidin, M.Sc.,Ph.D, seorang akademisi, peneliti, inovator teknologi lingkungan, sekaligus sahabat yang memberi teladan tentang dedikasi dan keluhuran hidup. Beliau adalah dosen di Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung (FTI ITB)—sebuah tempat yang menjadi ladang pengabdian ilmiah dan sosial sepanjang hidupnya. Beliau salah seorang yang menjadikan ilmu sebagai ibadah dan pengabdian sebagai napas harian. Beliau adalah satu dari sekian banyak yang lain.

Dalam keseharian akademiknya di kampus, almarhum dikenal sebagai pribadi pejuang, tanpa menyerah, dan bekerja keras dengan kedalaman pemikiran yang jauh melampaui kata-kata. Ia bukan hanya pengajar, tetapi juga pelaku inovasi. Almarhum sering mengingatkan bahwa ilmu teknik kimia bukan sekadar soal reaksi, neraca massa, atau desain proses, melainkan ilmu untuk menyelesaikan masalah manusia dan lingkungan. Baginya, menjadi ilmuwan berarti memikul amanah untuk memperbaiki keadaan, bukan sekadar menghasilkan publikasi atau prototipe. Karena itulah, arah perjalanan riset dan pengabdiannya selalu mengarah pada kebermanfaatan yang nyata.

Dalam beberapa tahun terakhir, almarhum menempatkan seluruh energi, waktu, dan pikirannya untuk satu perjuangan besar: membangun solusi teknologi pengolahan sampah yang berkelanjutan dengan visi Zero Waste. Beliau percaya bahwa Indonesia tidak akan pernah keluar dari krisis sampah jika tidak didukung oleh teknologi yang dapat diterapkan di lapangan, mudah direplikasi, namun memiliki efisiensi tinggi dan ramah lingkungan. Keyakinannya itu melahirkan dedikasi yang panjang dan konsisten dalam pengembangan Teknologi MASARO (Manajemen Sampah Zero)—sebuah inovasi yang menjadi jejak digital dan jejak intelektual yang akan terus hidup setelah beliau wafat.

Teknologi MASARO, yang beberapa tahun terakhir mendapatkan perhatian banyak kalangan, adalah hasil pemikiran komprehensif beliau tentang bagaimana sampah harus dipandang: bukan sebagai beban, tetapi sebagai sumber daya. MASARO bukan semata teknologi, tetapi sebuah sistem. Konsep ini menekankan pemilahan sampah dari hulu, pengolahan terintegrasi, pemanfaatan energi dari fraksi yang tidak dapat didaur ulang, dan pembentukan ekosistem sosial yang mendukung keberlanjutan. MASARO juga menegaskan prinsip local empowerment—bahwa masyarakat dapat mengelola sampahnya sendiri dengan sistem yang terstruktur namun sederhana. Jejak digital MASARO menjadi saksi betapa seriusnya almarhum mengabdikan dirinya pada inovasi ini. Dari rekaman seminar, penjelasan teknis di berbagai platform, hingga dokumentasi implementasi di lapangan, seluruh jejak itu kini menjadi persembahan terakhir beliau bagi bangsa.

Dalam setiap pemaparannya tentang MASARO, beliau selalu mengulang satu pesan: “Sampah bukan musuh, kecuali kalau kita tidak mau mengaturnya.” Kalimat sederhana itu merangkum filosofi hidupnya: masalah tidak akan selesai jika kita hanya mengeluh; ia harus ditangani dengan ilmu, kerja sama, dan ketekunan. Dan kesungguhan itulah yang beliau perlihatkan hingga hari terakhir. Almarhum wafat di tengah perjuangan, ketika masih berada dalam upaya mengembangkan teknologi pengolahan sampah yang lebih matang, lebih terjangkau, dan lebih inklusif bagi masyarakat luas. Kita telah kehilangan seorang ilmuwan yang bekerja bukan demi tepuk tangan, melainkan demi masa depan bumi dan generasi yang akan datang.

Rekan-rekan sejawat mengenalnya sebagai pribadi pekerja yang determinan menuju tujuan tercapai untuk menjadi manfaat. Ia selalu bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi tentang ide-ide, memberikan masukan dalam banyak hal. Meski memiliki kedalaman ilmu, ia tak pernah membuat orang segan. Gaya bicaranya tegas disertai juga keseriusannya.. Ia mendekatkan ilmu kepada siapa saja tanpa memandang pangkat, usia, atau status akademik. Banyak mahasiswa yang berkesempatan ikut sama beliau menimba ilmu dan prakteknya. Begitulah pengaruh kehadirannya memberi pengaruh dan dampak positif dan inspiratif.

Dalam lingkup penelitian, ia juga dikenal sebagai sosok yang mampu menghubungkan dunia akademik dengan dunia praktis. Berbagai kolaborasi dengan pemerintah daerah, industri, maupun komunitas lingkungan dilakukan bukan untuk promosi, tetapi untuk memastikan teknologi benar-benar digunakan. Di matanya, sebuah penelitian baru bernilai ketika memberikan manfaat nyata. Karena itu, di banyak daerah, penerapan awal MASARO mulai terlihat hasilnya: berkurangnya sampah yang masuk ke TPA, meningkatnya kesadaran masyarakat, serta lahirnya sistem ekonomi sirkular skal kecil. Almarhum gembira bukan karena teknologinya diliput media, tetapi karena melihat masyarakat mampu menjaga lingkungannya dengan teknologi yang ia rancang.

Kepergian beliau adalah kehilangan besar bukan hanya bagi ITB, tetapi bagi Indonesia. Di tengah kompleksitas persoalan sampah nasional—yang terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk dan konsumsi—Indonesia membutuhkan lebih banyak ilmuwan seperti almarhum: ilmuwan yang realistis, berakar pada masalah sehari-hari, tetapi tidak kehilangan imajinasi untuk menciptakan solusi baru. Indonesia kehilangan seorang insinyur yang inovator; dunia akademik kehilangan seorang pemikir yang tajam; para mahasiswa kehilangan seorang guru yang inspiratif; dan kami semua kehilangan seorang sahabat yang penuh kreatifitas.

Namun, warisan beliau tidak pergi bersama tubuhnya. Teknologi MASARO akan terus berkembang, dibawa oleh para kolega, murid, peneliti, pemerintah daerah, dan siapa pun yang pernah disentuh oleh dedikasi beliau. Jejak digitalnya—video, presentasi, riset, dokumen teknis—akan terus menjadi sumber belajar dan inspirasi bagi generasi berikutnya. Lebih dari itu, semangat almarhum untuk menjadikan teknologi sebagai alat perubahan, bukan sebagai sekadar karya ilmiah, akan terus hidup dalam pikiran banyak orang.

Dalam setiap warisan intelektual besar, selalu ada ruh yang membuatnya melampaui zaman. Ruh itu adalah ketulusan. Dan ketulusan itulah yang ia tanamkan dalam MASARO, dalam pengajarannya, dan dalam hidupnya. Kita yang mengenalnya tahu bahwa beliau bekerja bukan demi nama besar, tetapi karena cinta terhadap bumi, terhadap masyarakat kecil yang ia temui di lapangan, dan terhadap mahasiswa-mahasiswa yang ia harapkan menjadi penerus perjuangan. Di sanalah letak keindahan hidupnya: ia pergi ketika masih berjuang, dan justru karena itu perjuangannya tak akan berhenti.

Semoga Allah SWT menerima seluruh amal baiknya, melapangkan jalan kepulangannya, dan memberikan kekuatan bagi keluarga, sahabat, rekan kerja, serta para mahasiswa yang ditinggalkannya. Selamat jalan, sahabat Ir.. Akhmad Zainal Abidin, M.Sc, Ph.D. Ilmu dan kebaikanmu akan tetap hidup. Dan kami akan terus melanjutkan perjuangan yang engkau tinggalkan, demi bumi yang lebih bersih, masyarakat yang lebih berdaya, dan masa depan yang lebih layak untuk anak cucu kita semua.

Yazid Bindar
Bandung 24 November 2025

id_IDBahasa Indonesia