
OBITUARI
Wafatnya Seorang Inovator
Innalillahi wa inna ilaihi raji’un
Di pagi yang sunyi, dunia akademis dan gerakan lingkungan Indonesia kehilangan salah satu putra terbaiknya. Ir. Akhmad Zainal Abidin, M.Sc., Ph.D., Dosen Teknik Kimia ITB, telah berpulang ke rahmatullah dan dimakamkan pada hari Minggu yang kemarin.
Kepergian Kang Zainal—sebagaimana biasanya saya memanggil almarhum—meninggalkan kekosongan yang tak tergantikan. Lebih dari sekadar dosen atau peneliti, ia adalah pioner yang mengubah paradigma pengelolaan sampah Indonesia melalui Teknologi MASARO (Manajemen Sampah Zero), sebuah warisan berharga yang terus memberdayakan masyarakat dan menyembuhkan bumi.
Sang Penabur Keadilan
Dulu, semasa kuliah di tahun 1980-an, kami—anak-anak TK ITB angkatan’81 dan ’82—sering berinteraksi, bercakap-cakap tentang banyak hal. Di sudut kampus Ganesha, di Masjid Salman, di antara hiruk-pikuk mahasiswa, Kang Zainal selalu berbicara dengan mata berbinar tentang keadilan buat yang papa, tentang perlunya memihak kepada yang lemah, tentang teknologi yang mensejahterakan, dan tentang pendidikan bagi mereka yang terlupakan, walau sering dengan gesture shyness yang tidak bisa disembunyikan.
Ia tak hanya berkata. Ia mewujudkannya. Dari ruang laboratorium hingga desa-desa terpencil, dari jurnal internasional bereputasi tinggi hingga pelatihan masyarakat, Kang Zainal menenun visi menjadi kenyataan. Lebih dari 590 sitasi karya ilmiahnya, puluhan paten terdaftar, dan ratusan ton sampah yang berubah menjadi BBM, pupuk, dan pakan ternak adalah kesaksian nyata sebuah kehidupan yang dijalani dengan integritas.
Dari Manchester ke Nusantara
Setelah meraih gelar doktoralnya dari University of Manchester pada 1996, Kang Zainal memilih untuk pulang. Di tengah godaan karier gemerlap di luar negeri, ia memilih tanah air, memilih ITB, memilih untuk mengabdi pada bangsa yang telah membesarkannya. Ia percaya bahwa ilmu harus menyentuh tanah, harus menghidupi rakyat, harus menjadi rahmat bagi semesta.
Teknologi MASARO yang ia rintis sejak 2010 bukan hanya tentang polimer superabsorben atau ekonomi sirkular—ia tentang martabat. Tentang pemulung yang mendapat penghasilan layak, tentang desa yang bebas dari bau sampah, tentang generasi mendatang yang mewarisi bumi lebih bersih. Itulah keadilan yang selalu ia bicarakan dulu. Itulah cinta yang ia wujudkan dalam setiap rumus kimia.
Jejak yang Tak Padam
Sosok itu sekarang sudah pergi. Menuju Sang Khaliq, penciptanya. Namun jejaknya tetap tertoreh—dalam setiap instalasi MASARO yang beroperasi, dalam setiap mahasiswa yang ia bimbing, dalam setiap komunitas yang ia sentuh dengan kebaikan.
Sobatku
Di antara riuhnya dunia yang terus berputar, kepergianmu mengingatkan kami tentang makna sejati sebuah kehidupan: bahwa ilmu tanpa kemanusiaan adalah maya, bahwa inovasi tanpa keberpihakan adalah sia-sia.
Engkau telah menunjukkan jalan—bahwa seorang ilmuwan sejati adalah dia yang tidak berhenti pada publikasi dan paten, tetapi terus melangkah hingga teknologinya menjadi berkah bagi yang lemah dan terpinggirkan.
Semoga segala amal ibadah dan kebaikanmu menjadi inspirasi bagi kami yang masih hidup, dan semoga engkau mendapatkan kemurahan dan kemuliaan di sisi Allah SWT. Semoga perjalananmu pulang ke Rumah Abadi dipenuhi cahaya dan kedamaian yang tiada tara.
Selamat jalan, sobat…
Engkau telah berlari dengan baik, telah menyelesaikan perlombaan dengan gemilang.
Kini saatnya engkau beristirahat dalam lindungan-Nya.
Dari seorang kawan lama, GWS – TK81
